Pemimpin Anakku

Seorang bapak ingin mengajak anaknya menghadiri sebuah pertunjukan musik. Ketika di pintu masuk, seorang petugas menghadang dan berkata, ”Maaf pak, hanya anak usia 13 tahun ke atas yang boleh masuk." Bapak tersebut menjawab, ”Anak saya sudah 13 tahun kok, badannya aja yang kecil.” Bapak tersebut kemudian berusaha meyakinkan dengan berbagai cara bahwa anaknya memang sudah berusia di atas 13 tahun namun petugas pintu masuk tidak mempercayainya. Dengan kemarahan, bapak tersebut menarik tangan anaknya pergi menjauh sambal berkata pada anaknya, “Jangan khawatir kita cari cara lain. Pasti ada pintu masuk lain. Masa cuma boleh untuk anak usia 13 tahun!!”. Anaknya memang baru berusia 8 tahun.  

Seorang anak berkata pada ibunya, ”Ma, aku mana bisa ikut pergi jalan-jalan ‘kan masih sekolah.” Ibunya menjawab, ”Tenang nanti mami yang ngomong ke guru kamu. Bilang aja ada urusan keluarga. Penting! Guru kamu juga gak akan tahu kok.” 

Kejadian ini mungkin pernah kita jumpai dalam hidup sehari-hari. Orang tua seringkali tanpa disadari mengajari anak untuk tidak mematuhi otoritas dengan cara memanipulasi, berbohong, atau bahkan bersikap terang-terangan menentang otoritas, seperti  mengajari bagaimana membohongi guru, mengelabui polisi,dll. Namun orang tua akan marah ketika mendapati anaknya melakukan manipulasi, kebohongan atau menunjukkan sikap memberontak melawan orang tuanya. Padahal orang tua lupa bahwa ia juga mewakili figur otoritas bagi anak-anaknya sehingga anak-anaknya pun akan melakukan hal yang sama seperti diajarkan selama ini.  

Selain sebagai figur otoritas dalam hidup anak, orang tua juga merupakan figur pemimpin bagi anak-anaknya. Anak-anak belajar kepemimpinan dari orang tua. Jika anak dilatih untuk tidak tunduk pada otoritas, maka anak-anak akan tumbuh pula menjadi pemimpin yang tidak tunduk pada otoritas. Ketundukan pada otoritas yang dimaksud tidak hanya menyangkut ketundukan pada suatu pribadi namun juga ketundukan pada aturan, prosedur dan hukum yang berlaku. Maka tidak mengherankan jika anak-anak dapat menjadi pemimpin yang korup, melakukan berbagai manipulasi,penipuan, dan tindakan melawan hukum di kemudian hari jika ia tidak dilatih sejak dini untuk tunduk pada otoritas. 

Paulus memberikan nasehat kepada Timotius “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.” (I Timotius 4:16). Orang tua perlu menjaga dirinya agar ia dapat menjadi contoh pemimpin yang berintegritas di hadapan anak-anaknya sehingga pada saatnya nanti, anak-anaknya pun dapat menjadi pemimpin yang berintegritas.  

 

Monica M.Psi., Psikolog

Other News

Menapak Langkah Baru: Topping Off Gedung 3 Sekolah Kristen IPEKA…

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya, Sekolah…

Selamat kepada 35 Murid IPEKA yang Lulus SNBP 2024!

View this post on Instagram A post shared by Sekolah Kristen IPEKA (@sekolahkristenipeka)

Kunjungan Re-Akreditasi ACSI-WASC ke IPEKA INTEGRATED Christian School

Dalam upaya berkelanjutan untuk mempertahankan standar pendidikan yang tinggi, IPEKA Integrated Christian School (IICS) baru-baru…

Menerapkan Strategi Good Cop-Bad Cop dalam Parenting

Dalam perjalanan membesarkan anak, orang tua sering kali mencari strategi yang efektif untuk mendidik dan…